Agen-agen Badan Intelijen Pusat Amerika, CIA, dan anggota-anggota SAS yakni pasukan khusus Inggeris dilaporkan sudah berada di daratan Libya untuk membantu menentukan lokasi sasaran militer Libya dan memandu serangan udara koalisi internasional.
Menurut wartawan Radio Australia, sudah lama ada asumsi bahwa agen-agen intelijen Barat ada di bumi Libya untuk mengumpulkan laporan intelijen, dan kini hal itu agaknya sudah dikonfirmasi.
Juga kini ada laporan bahwa Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, telah memberikan wewenang kepada CIA untuk memberikan senjata dan dukungan lainnya kepada pemberontak Libya, walaupun belum ada pengiriman senjata.
Laskar pemberontak Libya kini dalam keadaan parah karena kehilangan hampir semua wilayah yang sudah direbutnya pada akhir pekan lalu, dan mereka mundur lagi ke kota Ajdabiya.
Tanpa dukungan serangan udara koalisi, laskar pemberontak tampaknya tidak akan mampu bertahan menghadapi angkatan darat Libya.
Sementara itu, Selasa (29/3) kemarin, Presiden Obama dalam pidatonya di National Defense University, Washington DC merinci sikap Amerika bekerjasama dengan negara-negara lain dalam mendukung rakyat Libya yang berperang melawan Muammar Qadhafi.
"Kami jelaskan bahwa Amerika Serikat dan dunia berada di pihak mereka yang ingin menentukan nasib sendiri, bebas dari rasa takut, dan bebas memimpikan hari ketika mereka juga dapat hidup di tengah keadilan dan bermartabat. Menurut saya inilah esensi kepemimpinan Amerika. Itulah yang dimaksud dengan memimpin." ujar Obama.
Anehnya, Obama mengatakan Amerika bersama sekutu mengatakan pemimpin Libya telah mengancam dan akan membunuh lebih banyak orang, di saat yang sama bom-bom pasukan sekutu telah membawa banyak korban.*